Cahyo Algant (The Chanary Boys)

Cahyo Algant (The Chanary Boys)
pesona pulau Alor

Rabu, 21 September 2011

TEORI EVOLUSI

Unilenaer Theories Of Evolution : Teori ini pada pokoknya berpendapat bahwa manusia dan masyarakat (termasuk kebudayaannya) mengalami perkembangan sesuai dengan tahap tahapan tertentu, bermula dari bentuk sederhana, kemudian bentuk yang kompleks sampai pada tahap yang sempurna. Pelopor pelopor teori ini antara lain August Comte, Herbert Spencer dan lain lain. Suatu variasi dari teori tersebut adalah Cylical Theories, yang dipelopori  Vilvredo Pareto, yang berpendapat bahwa masyarakat dan kebudayaan mempunyai tahap tahap perkembangan yang merupakan lingkaran, dimana suatu tahap tertentu dapat dilalui berulang ulang. Termasuk pendukung teori ini adalah Pitirim A. Sorokin yang pernah pula mengemukakan teori dinamika sosial dan kebudayaan. Sorokin menyatakan bahwa masyarakat berkembang melalui tahap tahap yang masing masing didasarkan pada suatu sistem kebenaran. Dalam tahap pertama dasarnya kepercayaan. Tahap kedua dasarnya adalah indera manusia, dan tahap terakhir dasarnya adalah kebenaran.

Universal Theory Of Evolution menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidaklah perlu melalui tahap tahap terrtentu  yang tetap. Teori ini mengemukakan bahwa kebudayaan manusia telah mengikuti suatu garis evolusi yang tertentu. Pinsip prinsip teori ini diuraikan oleh Herbert Spencer yang antara lain mengatakan bahwa Masyarakat merupakan hasil perkembangan dari kelompok homogen ke kelompok yang heterogen, baik sifat maupun susunannya.

Multilined Theories Of Evolution : Teori ini lebih menekankan pada penelitian penelitian terhadap tahap tahap perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat, misalnya, mengadakan penelitian perihal pengaruh perubahan sistem pencaharian dari sistem berburu ke pertanian, terhadap sistem kekeluargaan dalam masyarakat yang bersangkutan dan seterusnya.

Jumat, 13 Mei 2011

Filsafat, Ilmu Dan Seni


Will Durant
Menurut Will Durant, Filsafat diibaratkan pasukan mariner yang merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri. Pasukan infanteri ini adalah sebagai pengetahuan yang diantaranya adalah ilmu. Filsafat adalah marinir yang merupakan pionir bukan pengetahuan yang bersifat memerinci. Semua ilmu, baik ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu social, bertolak dari pengembangannya bermual sebagai filsafat.
Dalam perkembangannya filsafat menjadi ilmu, terdapat taraf peralihan. Dalam taraf ini mengakibatkan filsafat menjadi lebih sempit tidak lagi menyeluruh melainkan sektoral. Disini orang tidak lagi mempersoalkan moral secara keseluruhan melainkan dikaitkan dengan kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang kemudian berkembang menjadi ilmu ekonomis.
    Manusia dalam penyesuaian pengetahuan tentang alam danisinya tidak menggunakan metode yang bersifat normative dan deduktif melainkan kombinasi antara deduktif dan induktif dengan jemabatan yang berupa pengajuan hipotesis yang dikenal sebagai metode “ Logico-Hypthetico-Verifikatif. Menurut Will Durant : tiap ilmu dimulai dengan filsafat dan diakhiri dengan seni.“ Muncul dalam hipotesis dan berkembang ke keberhsilan. Yang di maksud dengan ilmu di awali dengan filsafat dan di akhiri dengan seni adalah filsafat dan seni itu mempunyai tujuan yang sama yaitu mencari kebenaran tapi dalam caranya mereka mencari kebenaran itu dengan objek dan metode yang berbeda. Dari teori yang abstrak akan dikaji menjadi sebuah hal nyata yang berguna bagi manusia. Dari segi ini Filsafat dilihat sebagai realitas yang umum, sedangkan Ilmu adalah realitas yang khusus dan seni adalah ekspersi jiwa manusia.
   Ada 3 tignkat perkembangan pengetahuan menurut Auguste Comte (1798-1857) yaitu : 
Tahap Religius
Dalam Tahapa ini religilah yang di jadikan posttulat ilmiah sehingga ilmu merupakan deduksi atau penjabatan dari ajaran religi.

Tahap Metafisik
Dalam tahap ini orang mulai berpsektif tentang metafisika (kebenaran) wujud yang menjadi objek penelaahan yang terbatas dari dogma religi dan mengembangkan system pengetahuan diatas dasar postulat metafisika 

Tahap Positif
Dalam tahap ini pengetahuan ilmiah (ilmu) dimana asas-asas yang dipergunakan diuji secara positif dalam verifikasi yang obyektif.

Senin, 09 Mei 2011

Hubungan Antara Stereotip, Prasangka, Dan Diskriminasi Dalam Perspektif Psikologi Sosial


Hubungan Antara Stereotip, Prasangka, Dan Diskriminasi Dalam Perspektif Psikologi Sosial


a. Definisi konsep

sebelum dikaji lebih jauh mengenai hubungan antara stereotip, prasangka dan diskriminasi, maka kita terlebih dahulu harus mengetahui dan memahami definisi dari ketiga konsep di tersebut.

1. Stereotip

stereotip adalah kombinasi dari ciri-ciri yang paling sering diterapkan oleh suatu kelompok tehadap kelompok lain, atau oleh seseorang kepada orang lain (soekanto, 1993). Secara lebih tegas matsumoto (1996) mendefinisikan stereotip sebagai generalisasi kesan yang kita miliki mengenai seseorang terutama karakter psikologis atau sifat kepribadian. Ada juga yang mendefinisikan stereotip sebagai “pemberian sifat tertentu terhadap seseorang atau sekelompok orang berdasarkan kategori yang bersifat subjektif, hanya karena ia berasal dari suatu kelompok tertentu (in group atau out group), yang bisa bersifat positif maupun negatif” (amanda g., 2009). Sedangkan ada pula yang mengidentikkan stereotip dengan prasangka dengan mendefinisikan stereotip sebagai “pendapat atau prasangka mengenai orang-orang dari kelompok tertentu, dimana pendapat tersebut hanya didasarkan bahwa orang-orang tersebut termasuk dalam kelompok tertentu tersebut” stereotip merupakan bentuk tipe kognitif dari prasangka, sehingga pengertian antara prasangka dan stereotip sering dikaburkan.

Stereotip mempunyai beberapa karakteristik pokok yang membedakannya dengan prasangka, antara lain:

stereotip didasarkan pada penafsiran yang kita hasilkan atas dasar cara pandang dan latar belakang budaya kita. Stereotip juga dihasilkan dari komunikasi kita dengan pihak-pihak lain, bukan dari sumbernya langsung. Karenanya interpretasi kita mungkin salah, didasarkan atas fakta yang keliru atau tanpa dasar fakta.

stereotip seringkali diasosiasikan dengan karakteristik yang bisa diidentifikasi. Ciri-ciri yang kita identifikasi seringkali kita seleksi tanpa alasan apapun. Artinya bisa saja kita dengan begitu saja mengakui suatu ciri tertentu dan mengabaikan ciri yang lain.

stereotip merupakan generalisasi dari
ü kelompok kepada orang-orang di dalam kelompok tersebut. Generalisasi mengenai sebuah kelompok mungkin memang menerangkan atau sesuai dengan banyak individu dalam kelompok tersebut.

beberapa poin penting dari definisi stereotip di atas antara lain penilaian yang bersifat subjektif dan dapat berupa kesan positif maupun negatif. Walaupun lebih cenderung negatif, stereotip kadangkala memiliki derajat kebenaran yang cukup tinggi, namun sering tidak berdasar sama sekali. Mendasarkan pada stereotip bisa menyesatkan. Lagi pula stereotip biasanya muncul pada orang-orang yang tidak mengenal sungguh-sungguh orang/kelompok lain. Apabila kita menjadi akrab dengan etnis bersangkutan maka stereotip tehadap orang/kelompok itu biasanya akan menghilang. Hal tersebut dikarenakan stereotip mempengaruhi apa yang kita rasakan dan kita ingat berkenaan dengan tindakan orang-orang dari kelompok lain. Stereotip juga membentuk penyederhanaan gambaran secara berlebihan pada anggota kelompok lain. Individu cenderung untuk begitu saja menyamakan perilaku individu-individu kelompok lain sebagai tipikal sama. Selain itu, stereotip juga dapat menimbulkan pengkambinghitaman.

2. Prasangka

prasangka merupakan pernyataan atau kesimpulan tentang sesuatu berdasarkan perasaan atau pengalaman yang dangkal terhadap seseorang atau sekelompok orang tertentu (amanda g, 2009). Johnson (1986) mendefiniskan prasangka sebagai sikap positif atau negatif berdasarkan keyakinan stereotip kita tentang anggota dari kelompok tertentu. Liliweri (1995) juga menyebut prasangka yang mengandung sikap, pikiran, keyakinan, kepercayaan dan bukan tindakan (tetap ada di pikiran). Sedangkan daft (1999) memberikan definisi prasangka lebih spesifik yakni kecenderungan untuk menilai secara negatif orang yang memiliki perbedaan dari umumnya orang dalam hal seksualitas, ras, etnik, atau yang memiliki kekurangan kemampuan fisik. Sedangkan sherif and sherif (dalam ahmadi, 2007: 196) mengemukakan prasangka adalah suatu sikap negatif para anggota suatu kelompok, berasal dari norma mereka yang pasti, kepada kelompok lain beserta anggotanya.

Prasangka disebabkan oleh beberapa faktor, yang menurut johnson (1986) disebabkan oleh empat hal, antara lain:

 gambaran perbedaan antarkelompok.
 nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh kelompok mayoritas menguasai kelompok minoritas.
 stereotip antarkelompok.
 kelompok yang merasa superior sehingga merasa kelompok lain inferior.

menurut poortinga (1990) prasangka memiliki tiga faktor utama yakni stereotip, jarak sosial, dan sikap diskriminasi. Ketiga faktor itu tidak terpisahkan dalam prasangka. Stereotip memunculkan prasangka, lalu karena prasangka maka terjadi jarak sosial, dan setiap orang yang berprasangka cenderung melakukan diskriminasi. Sementara itu sears, freedman & peplau (1999) menggolongkan prasangka, stereotip dan diskriminasi sebagai komponen dari antagonisme kelompok, yaitu suatu bentuk oposan terhadap kelompok lain. Stereotip adalah komponen kognitif dimana kita memiliki keyakinan akan suatu kelompok. Prasangka sebagai komponen afektif dimana kita memiliki perasaan tidak suka. Sedangkan diskriminasi adalah komponen perilaku.

3. Diksriminasi

diskriminasi merujuk kepada pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, di mana layanan ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut. Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam masyarakat manusia, ini disebabkan karena kecenderungan manusia untuk membeda-bedakan yang lain. Sedangkan menurut sears, freedman & peplau (1999) diskriminasi adalah perilaku menerima atau menolak seseorang semata-mata berdasarkan keanggotaannya dalam kelompok.
Diskriminasi secara leksikal adalah perlakuan terhadap orang atau kelompok yang didasarkan pada golongan atau kategori tertentu. Sementara itu dalam pengertian lain diskriminasi dapat diartikan sebagai sebuah perlakuan terhadap individu secara berbeda dengan didasarkan pada gender, ras, agama, umur, atau karakteristik yang lain. Dari kedua definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa inti dari diskriminasi adalah perlakuan berbeda. Sedangkan pengertian diskriminasi terhadap penyandang cacat atau difabel lebih didasarkan pada kondisi fisik atau kecacatan yang disandangnya. Masyarakat selama ini memperlakukan para difabel secara berbeda lebih didasarkan pada asumsi atau prasangka bahwa dengan kondisi difabel yang kita miliki, kita dianggap tidak mampu melakukan aktivitas sebagaimana orang lain pada umumnya. Perlakuan diskriminasi semacam ini dapat dilihat secara jelas dalam bidang lapangan pekerjaan. Para penyedia lapangan pekerjaan kebanyakan enggan untuk menerima seorang penyandang cacat sebagai karyawan. Mereka berasumsi bahwa seorang penyandang cacat tidak akan mampu melakukan pekerjaan seefektif seperti karyawan lain yang bukan difabel. Sehingga bagi para penyedia lapangan kerja, mempekerjakan para difabel sama artinya dengan mendorong perusahaan dalam jurang kebangkrutan karena harus menyediakan beberapa alat bantu bagi kemudahan para difabel dalam melakukan aktivitasnya.
Amanda g. (2009) juga mengemukakan definisi diskriminasi sebagai sebuah tindakan nyata oleh mereka yang memiliki sikap prasangka sangat kuat akibat tekanan tertentu, atau tindakan yang berbeda dan kurang bersahabat dari kelompok dominan atau para anggotanya terhadap anggota kelompok subordinasinya.

B. Hubungan antara stereotip, prasangka, dan diskriminasi

sebenarnya, stereotip, prasangka, dan diskriminasi memiliki hubungan yang sangat erat satu sama lain. Namun ada kalanya ketiga sikap tersebut dapat berdiri sendiri secara terpisah.
Stereotip dapat berupa prasangka positif dan negatif, dan kadang-kadang dijadikan alasan untuk melakukan tindakan diskriminatif. Sebagian orang menganggap segala bentuk stereotip negatif. Stereotip jarang sekali akurat, biasanya hanya memiliki sedikit dasar yang benar, atau bahkan sepenuhnya dikarang-karang. Berbagai disiplin ilmu memiliki pendapat yang berbeda mengenai asal mula stereotip. Psikolog menekankan pada pengalaman dengan suatu kelompok, pola komunikasi tentang kelompok tersebut, dan konflik antarkelompok. Sosiolog menekankan pada hubungan di antara kelompok dan posisi kelompok-kelompok dalam tatanan sosial. Para humanis berorientasi psikoanalisis (misalnya sander gilman) menekankan bahwa stereotip secara definisi tidak pernah akurat, namun merupakan penonjolan ketakutan seseorang kepada orang lainnya, tanpa memperdulikan kenyataan yang sebenarnya. Walaupun jarang sekali stereotip itu sepenuhnya akurat, namun beberapa penelitian statistik menunjukkan bahwa dalam beberapa kasus stereotip sesuai dengan fakta terukur. Stereotip yang berlebihan akan memunculkan prasangka terhadap orang atau kelompok lain tergantung dari pengetahuan terhadap orang/kelompok tersebut (dalam hal ini stereotip didasarkan atas pengetahuan/kognitif), namun masih dalam tataran sikap (belum tindakan). Sedangkan sikap berprasangka yang berlebihan dapat memunculkan perlakuan yang diskriminatif/diskriminasi (sudah dalam tataran perilaku). Perilaku diskriminasi ini dapat terjadi dalam berbagai bentuk, misalnya sikap menganak-tirikan orang atau kelompok lain karena kriteria tertentu, atau karena ia/mereka bukan termasuk bagian dari kelompok tertentu. Jadi prasangka merupakan disposisi dari stereotip, sedangkan diskriminasi adalah disposisi dari prasangka. Namun, muncul pula suatu kecenderungan bahwa prasangka bisa terjadi tanpa diawali oleh adanya stereotip, begitu pula stereotip belum tentu berujung pada munculnya sikap berprasangka. Diskriminasi bisa terjadi tanpa adanya prasangka dan sebaliknya seseorang yang berprasangka juga belum tentu akan mendiskriminasikan (duffy & wong, 1996) . Akan tetapi selalu terjadi kecenderungan yang kuat bahwa prasangka melahirkan diskriminiasi. Artinya prasangka yang dimiliki terhadap kelompok tertentu menjadi alasan untuk mendiskriminasikan kelompok tersebut. Jika digambarkan dalam bentuk bagan, maka hubungan antara ketika konsep di atas dapat dilihat pada bagan berikut.

Bagan 1: hubungan antara stereotip, prasangka dan diskriminasi.
Dari bagan di atas dapat dijelaskan bahwa stereotip merupakan aspek kognitif yang terjadi akibat adanya pengetahuan yang terbatas terhadap suatu objek, sedangkan disposisi dari stereotip cenderung akan menimbulkan sikap berprasangka sebagai bentuk aspek afektifnya. Sedangkan dilihat dari aspek konatifnya, cenderung dapat menimbulkan tindakan diskriminasi yang merupakan disposisi dari sikap berprasangka. Perlu dicatat bahwa hubungan antara ketiga konsep di atas merupakan suatu kecenderungan, jadi tidak mutlak terjadi hubungan yang seperti itu, namun lebih condong terjadi seperti yang dijelaskan di atas.

Jumat, 29 April 2011

Melawan Kerasnya Kehidupan Di Kota Kupang


LAPORAN STUDI KASUS

1.  IDENTITAS DIRI

a.      Diri sendiri

-         Nama                                           : Rahel
-         Umur                                           : 22 tahun (dari soe)
-         Pekerjaan subyek                                    : Jualan Aksesoris
-         Pekerjaan sebelumnya                : Membantu orang tua bertani dan sekolah
-         Pendidikan terakhir                    : SMA dan sekarang sementara kulia di PGRI
  Kupang
-         Rata-rata penghasilan
tiap minggu                                : Tidak menentu, terkadang penghasilannya bisa
  mencapai Rp.300.000.00/hari. Dan kadang
  hanya Rp.100.000.00/hari. Tergantung sikon.
-         Anak ke                                       : 2 dari 4 bersaudara
-         Status tempat tinggal                 : kost. (di sekitar kampong solor)
-         Pekerjaan orang tua
Ayah                                            : Petani
Ibu                                               : Ibu rumah tangga
-         Pendidikan terakhir orang tua
Ayah                                            : SMP
Ibu                                               : SMP




2.  LOKASI DAN WAKTU STUDI KASUS

a.      Lokasi                        : Jl. Siliwangi Kupang, depan toko Restu Ibu
b.      Waktu           : Selasa, 11 january 2011, jam 10:12 – 11:48


3.  LATAR BELAKANG

Mengapa PKL menjadi alasan utama melakukan STUDI KASUS karena PKL merupakan pengusaha kecil yang perlu di perhatikan oleh pemerintah tentang keberadaannya.
Awalnya Rahel (PKL), hanya ingin menjadi PKL agar bisa membantu memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari. Namun karena hasilnya yang terbilang cukup, mendorongnya untuk terus berprofesi sebagai PKL untuk membiayai kuliahnya.
Tentunya ini hasil yang memuaskan bagi Rahel dan keluarganya, karena, selain membantu keluarganya, Rahel juga dapat meneruskan sekolahnya di salah satu perguruan tinggi yang ada di kupang yaitu PGRI.

4.  ALAT PENGUMPULAN DATA
1.      Observasi
-         Pola perilaku sebagai PKL : Rahel terlihat ramah, sabar dan juga pintar merayu dan
    membujuk para konsumen untuk sekedar melihat-lihat
    barang dagangannya ataupun membeli barang
   dagangannya.
-         Pola interaksi dengan
Konsumen                       : Saling tawar menawar, kadang dia bersi keras untuk
                                            mempertahankan harga barangnya, kadang tidak. Ini
   terjadi karena dia memperoleh barang-barang tersebut
   dengan membelinya dari toko.
-         Pola interaksi dengan
Sesama PKL                     : Saling bercanda, namun tidak saling menjatuhkan.
-         Pola interaksi dengan
Masyarakat setempat     : Saling menghargai

2.      Wawancara
-         Sejarah awal menjadi
PKL                                  : Rahel memulai kariernya sebagai PKL sejak tahun 2006.
  Dari penghasilannya sebagai PKL, dia (Rahel)wanita 22
  tahun ini membantu orang tuanya membiayai ke-2
  adiknya sekolah dan kini dia pun bisa melanjutkan
  pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi yaitu
  menjadi mahasiswa di PGRI pada tahun 2008 silam.



-         Motivasi menjadi PKL     : Karena keterbasan penghasilan yang di dapat oleh kedua
  orang tuanya, rahel pun rela menjadi PKL. Namun tak
  sia-sia, karena dia bisa membiayai tempat
  tinggalnya(kostnya, kebutuhan sehari-harinya, dan juga
  membiayai kuliahny. Inilah yang menjadi
  penyemangatnya.
-         Persoalan yang dihadapi: Biasanya ada persoalan yang membuatnya terkadang
  resah, yaitu penertiban yang di lakukan oleh SatPolPP.
-         Hal – hal yang dilakukan dalam pekerjaannya sebagai PKL :
a.      Apa yang diperdagangkan   :
Aksesoris, berupa gelang, kalung, anting-antingan dan cincin yang jadi tren warga sekitar kota kupang saat ini.
b.      Bagaimana mendapatkan barang :
Biasanya barang-barang ini di beli dari toko.
c.       Bagaimana bila barang dagangannya tidak habis pada hari itu :
Menurut Rahel tidak jadi masalah baginya, karena dia sudah mempunyai modal sendiri. “tapi setiap hari pasti dagangannya laris terjual, walaupun tidak semuanya” ujar Rahel.
d.      Bagaimana membuat konsumen tertarik :
Salah satu cara yang di lakukan untuk mrnarik perhatian konsumen adalah member harga aksesoris tersebut dengan harga yang terjangkau.

-         Penghasilan                     :
a.      Cukup atau tidak cukup      :
Kata Rahel. Penghasilannya sehari cukup untuk keperluannya.
b.      Berapa penghasilan dalam 1 minggu :
Dalam 1 minggu Rahel bisa menghasilkan uang dari jualannya tersebut sebesar Rp.500.000,00 – 600.000,00
c.       Apakah ada penghasilan selama menjadi PKL :
Ada, yaitu membantu membiayai ke-2 adiknya sekolah dan membiayai dirinya sendiri untuk kuliah.
d.      Apakah memperhitungkan masalah tenaga ;
“saya rasa masalah tenaga bukan jadi persoalan saya, karena saya sudah membagi waktu saya dengan berdagang, kuliah dan juga istirahat yang cukup”.kata wanita 22 tahun tersebut.
e.       Pengeluaran apa saja dalam kehidupan sehari-hari :
makan, minum, dan uang transportasi untuk kuliah saja.
-         Kecemasan-kecemasan :
a.      Terutama tentang masa depan :
“kalau tentang masa depan, saya rasa tidak ada karena setelah selesai kuliah nanti, saya akan berhenti menjadi PKL dan mencari pekerjaan lain sesuai dengan kuliah saya yaitu menjadi guru”. Kata Rahel.
b.      Dalam menghadapi peraturan baru tentang tidak di perbolehkannnya PKL : Rasa takut, karena menjadi PKL adalah pekrjaan yang tengah membantu saya membiayai kuliah.
c.       Kecemasan tentang kondisi keluarga :
Tidak ada

-         Rencana selanjutnya :
a.      Tetap sebagai PKL :
Hanya bertahan sebagai PKL selama saya masih kuliah saja.
b.      Ke desa / asalnya :
Iya, untuk mencari pekerjaan yang lebih baik.
c.       Memindahkan profesi :
“iya, saya kuliah di PGRI, dan setelah selesai kuliah nanti, maka pekerjaan yang saya inginkan adalah menjadi guru”. Kata Rahel


5.  KESIMPULAN DAN SARAN
-         Kesimpulan         :
 Keterbatasan dan kekuarangan yang dimilki oleh keluarganya,
 membuat Rahel memutuskan untuk datang ke kupang dan
 bekerja sebagai PKL. Dan alhasil Rahel pun kini bisa menjadi
 mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di kota kupang. Hal
 ini tentu membuatnya bangga dan terus  bekerja keras agar bisa
 menyelesaikan kuliahnya dan pulang ke kampung halamannya
 dengan gelar sarjana.
-         Saran                   :
a.      Rahel, teruslah bekerja dan semangat pantang menyerah tetap ada padamu selamanya, dan jangan pernah malu, karena kamu itu PKL bukan PSK.
b.      Pemda : perhatikan rakyat kecil yang tengah bersusah paya untuk kehidupannya dan jangan memberikan bantuan kepada orang tak layak menerima bantuan.
c.       Masyarakat : jangan pernah putus asa, karena PKL pun bisa Kuliah.

Rabu, 06 April 2011

Refleksi Ilmu Yang Diperoleh Dengan Komputer Di Jurusan Sosiologi


http://www.cahyoalgant.blogspot.com

Refleksi Ilmu Yang Diperoleh Dengan Komputer Di Jurusan Sosiologi Menurut Cahyono Imran

Media Sosial Dan Gerakan Sosial

Media Sosial juga disebut sebagai Interaksi Sosial di Dunia Maya. Media Sosial Merupakan tempat untuk saling berbagi antara satu dengan yang lainnya. Jadi Media Sosial adalah Media yang di desain khusus untuk mempermudah Interaksi Sosial melalui Internet.
Nah. Inilah pendapat saya tentang Refleksi Ilmu Yang Diperoleh Dengan Komputer Di Jurusan Sosiologi. 

Apakah Mata Kuliah Teori Dan Aplikasi Komputer perlu diajarkan di Jurusan Sosiologi? Ya, perlu. Mengapa demikian? Karena melihat perkembangan sekarang yang begitu cepat. Maka Mata Kuliah ini perlu diajarkan di semua jurusan termasuk Sosiologi. Media Sosial merupakan salah satu alternatif terbaik dan bahkan yang paling baik menurut saya, untuk menguptodate barbagai informasi baru dan penting di dunia. Media Sosial juga memberikan kesempatan pada kita untuk saling mengenal satu  dengan yang lainnya melalui Jaringan Sosial seperti Facebook (universal), Yahoo Koprol (indonesia), dan masih banyak lainnya. Media Media Sosial Seperti : Blog, Jaringan Sosial, Forum, dan Wiki menurut saya adalah tempat untuk berbagi Pengetahuan, Pengalaman dan apa saja yang kita ingin berbagi melalui internet. Contohnya: Barack Obama yang melakukan kampanyenya melalui Facebook. Kita juga bisa lebih dekat dengan teman-teman kita, dengan idola kita melalui Facebook ataupun yang lainnya. Jadi Teori Dan Aplikasi Komputer yang merupakan dasar untuk bisa mengakses semua ini perlu diajarkan di Jurusan Sosiogi agar Mahasiswa/i Sosiologi bisa melakukan Interaksi Sosial ataupun mengikuti perkembangan yang terjadi setiap hari.

SELAMAT MEMBACA



Masyarakt Alor

Masyarakat Alor sedang melakukan tarian yang biasa disebut masyarakat setempat BEKU yang artinya Lego-lego.

IBNU KHALDUN


IBNU KHALDUN RIWAYAT DAN KARYANYA


Biografi Ibnu Khaldun


Nama Lengkap     : Ibnu Khaldun adalah Abdurrahman
                              Abu Zaid Waliuddin bin Khaldun. 


Nama Kecilnya     : Abdurrahman. 


Nama Panggilnya  : Abu Zaid


Nama Gelarnya     : Waliuddin

Nama Populernya  : Ibnu Khaldun






Ibnu Khaldun dikenal dengan Ibnu Khaldun karena dihubungkan dengan garis keturunan kepada kakeknya yang kesembilan, yaitu Khalid bin Utsman, dan dia adalah orang pertama dari marga ini yang memasuki negeri Andalusia bersama para penakluk berkebangsaan Arab. Dia dikenal dengan nama Khaldun sesuai dengan kebiasaan orang-orang Andalusia dan orang-orang Maghribi, yang terbiasa menambahkan huruf wow ( و) dan nun ( ن) di belakang nama-nama orang terkemuka sebagai penghormatan dan takzim, seperti Khalid menjadi Khaldun. Ibnu Khaldun di lahirkan di Tunisia pada awal Ramadhan tahun 732 H, atau tepatnya pada 27 Mei 1333. Rumah tempat kelahirannya masih utuh hingga sekarang yang terletak di jalan Turbah Bay. Dalam beberapa tahun terakhir ini rumah tersebut menjadi pusat sekolah Idarah 'Ulya, yang pada pintu masuknya terpampang sebuah batu manner berukirkan nama dan tanggal kelahiran Ibnu Khaldun Banu Khaldun di Andalusia memainkan peran yang cukup menonjol, baik dalam bidang ilmu pengetahuan maupun politik. Setelah menetap di Carmona, kemudian mereka pindah ke Sevilla, dikarenakan situasi politik di Andalusia yang mengalami kekacauan, baik karena perpecahan di kalangan Muslim maupun karena serangan pihak Kristen di Utara, maka Banu Khaldun pindah lagi ke Afiika Utara. Al-Hasan Ibn Jabir adalah nenek  moyang Ibnu Khaldun yang mula-mula datang ke Afiika Utara, di mana Ceuta merupakan kota pertama kali yang mereka pijak, sebelum pindah ke Tunis pada tahun 1223. Di Tunis, di tempat barunya, Banu Khaldun tetap memainkan peran penting. Muhammad Ibn Muhammad, kakek Ibnu Khaldun, adalah seorang 'hajib', kepala rumah tangga istana dinasti Hafsh. la sangat dikagumi dan disegani di kalangan istana, berkali-kali Amir Abu Yahya al-Lihyani (711 H), pemimpin dinasti al-Muwahhidun yang telah menguasai bani Hafz di Tunis, menawarkan kedudukan yang lebih tinggi kepada Muhammad Ibn Muhammad, tetapi tawaran itu ditolaknya, pada akhir hayatnya, kakek Ibnu suka menekuni ilmu-ilmu keagamaan hingga wafatnya pada 1337 M
Dari latar belakang keluarganya yang banyak bergerak dalam bidang politik dan pengetahuan seperti inilah Ibnu Khaldun dilahirkan di Tunisia pada awal Ramadhan 732 H. Menurut perhitungan para sejarawan, hal ini bertepatan dengan 27 Mei 1333 M. Kondisi keluarga seperti itu kiranya telah berperan dominan dalam
membentuk kehidupan Ibnu Khaldun. Dunia politik dan ilmu pengetahuan telah begitu menyatu dalam diri Ibnu Khaldun. Ditambah lag! kecerdasan otaknya juga berperan bagi pengembangan karirnya.